Page - Menu

Kamis, 15 November 2018

Komponen Karakter yang Baik




  1. Pengetahuan Moral
Terdapat enam aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan.
a.       Kesadaran Moral
Kebutaan moral adalah kegagalan moral yang terjadi diseluruh usia. Semua situasi yang kita hadapi memerlukan pengetahuan moral dan penilaian moral. Kegagalan moral banyak terjadi pada usia muda. Maka orang muda perlu mengetahui bahwa tanggung jawab moral yang pertama adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat suatu situasi yang memerlukan pemikiran moral. Kemudian memikirkan dengan cermat apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Aspek kedua dari sekadaean moral adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. Karena sangat sering kita tidak dapat memutuskan apa yang benar dalam membuat penilaian moral.
b.      Mengetahui Nilai Moral
Mengetahui sebuah nilai berarti juga memahami bagaimana cara menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai situasi. Nilai-nilai moral seperti mengahargai kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan menjadi pribadi yang baik. Ketika digabung seluruh nilai ini menadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi ke generasi. Literasi etika memerukan pengetahuan akan nilai-nilai ini.
c.       Penentuan Perspektif
Penentuan perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi bagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Hal ini merupakan persyaratan bagi penilaian moral. Kita tidak dapat mengormati orang lain dengan sangat baik dan bertindak dengan adil ketika kita tidak  memahami orang yang bersangkutan. Sasaran pendidikan moral harus membantu siswa mengalami dunia dari sudut pandang orang lain, terutama sudut pandang orang-orang yang berbeda dari diri mereka sendiri.
d.      Pemikiran Moral
Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral dan mengapa harus aspek moral. Mengapa penting untuk menerapi janji? Mengapa harus melakukan pekerjaan terbaik saya? Pemikiran perkembangan moral anak-anak bersifat gradual. Mereka mempelajari pemikiran moral yang baik dan apa yang dianggap sebagai pemikiran moral yang tidak baik. Ditingkat yang lebih tinggi pemikiran moral juga mengikutsertakan pemahaman atas niai moral klasik.
e.       Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan berarti mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan moral dengan cara ini merupakan keaslian pengambilan keputusan reflektif.
f.       Pengetahuan Pribadi
Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk diperoleh, namun hal ini perlu untuk pengembangan karakter. Menjadi orang bermoral memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan kita sendiri dan mengevaluasi perilaku kita secara kritis.
Mengembangkan pengetahuan moral pribadi mengikutsertakan hal menjadi sadar akan kekuatan dan kelemahan karakter individual kita dan bagaimana cara mengatasi kelemahan kita.
Kesadaran moral, mengetahui nilai moral, penentuan perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi merupakan kualitas pemikiran yang memebentuk pengatahuan moral. Kesemuanya ini membentuk kontribusi yang penting bagi sisi kognitif karakter kita.

  1. Perasaan Moral
Sisi emosional karakter yang sedikit terabaikan dalam pembahasan pendidikan karakter, namun sisi ini sangat penting. Hanya mengetahui apa yang benar bukan merupakan jaminan di dalam hal melakukan tindakan yang baik. Masyarakat bisa sangat pintar tentang perihal benar dan salah dan masih memilih yang salah.
a.       Hati Nurani
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar dan sisi emosional merasa kewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut.
Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu perlu diperhitungkan. Mereka ini berkomitmen untuk menghidupi nilai moral mereka karena nilai-nilai moral tersebut berakar sangat dalam pada diri sendiri seseorang bermoral. Orang seperti ini sangat tidak berbohong karena mereka mengidentifikasi tindakan moral mereka.
b.      Harga Diri
Ketika kita memiliki ukuran harga diri yang sehat, kita menilai diri sendiri. Ketika kita menilai diri kita sendiri, kita menghargai diri kita sendiri.  Kita tidak begitu mungkin menyalahgunakan gagasan atau pemikiran kita atau memperkenankan orang lain untuk menyalahgunakannya. Orang yang memiliki harga diri tidak akan tergantung pada persetujuan orang lain, dan akan cenderung bisa memperlakukan oran lain dengan cara yang positif. Namun harrga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin  karakter yang baik.
c.       Empati
Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman yang seolah-olah terjadi dalam diri orang lain. Empati memampukan kita untuk keluar dari diri kita sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain. Ini merupakan sisi emosional penentuan presfektif.
Setiap orang memiliki empati yang berbeda-beda. Maka guru perlu bekerja keras untuk membantu anak agar mereka memahami dan bersimpati terhadap orang lain.
d.      Mencintai Hal yang Baik
Merupakan bentuk karakter yang tertinggi mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang baik. Dalam pendidikan tentang hal yang baik, hati kita dilatih sebagaimana dengan pikiran kita. Orang yang baik belajar tidak hanya membedakan antara yang baik dan yang buruk melainkan juga diajarkan untuk mencintai hal yang baik dan membenci hal yang buruk.
Ketika orang mencintai hal yang baik, mereka akan senang melakuakn yang baik. Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya moral tugas.
e.       Kendali Diri
Kendali diri diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri. Apa bila seseorang mencari akar gangguan moral seseorang mendapati hal ini dalam pemanjaan diri, dalam pengerjaan kesenangan yang menyebabkan banyak orang untuk menyerap diri mereka secara seutuhnya dalam pengejaran keuntungan finansisal. Idealisme yang tinggi mengalami kegagalan di hadapan pola ini. Dan kecuali kendali diri menjadi bagian yang lebih besar dalam karakter orang muda.
f.       Kerendahan Hati
Kerendahan hati merupakan kebaikan moral yang terabaikan namum meripakan bagian yang esensial dari karakter yang baik. Kerendahan hari merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi. Hal ini merupakan keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita. Kerendahan hati juga membantu kita mengatasi kesombongan. Menurut C.S. Lewis kebanggaan merupakan sumber arogansi, prasangka dan meremehkan orang lain.
Kerendahan hati merupakan pelindung yang terbaikterhadap perbuatan jahat. Kejahatan tidak akan dilakukan seluruhnya atau dengan baik sebagaimana halnya ketika hal itu dilakukan dengan hati nurani yang baik. Dosa terberat dalam kebanggan adalah menipu diri sendiri, berbuat jahat dan menyebutnya sebagai hal yang baik. Dalam buku People of the Lie: The Hope for Healing Human Evil, psikiater Scott Peck berpendapat bahwa orang-orang saleh mampu melakuan kejahatan yang besar karena tidak mampu mengkritik diri mereka sendiri. Mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak mampu berbuat salah.

Hati nurani, harga diri, empati, mencitai hal yang baik, kendali diri dan kerendahan hati semuanya ini membentuk sisi emosional diri moral kita. Perasaan tentang diri sendiri, orang lain, dan kebaikan itu sendiri bergabung dengna pengetahaun moral untuk membentuk sumber motivasi moral kita. Semuanya ini membantu kita kelintasi jembatan dari mengetahui hal yang baik menjadi melakukan yang yang baik. Kehadiran atau ketiadaan perasaan moral ini dalam sebagian besar menjelaskan alasan mengapa beberapa orang melakukan praktik prinsip moral mereka sedangkan yang lain tidak. Untuk alasan ini pendidikan moral yang semata-mata bersifat intelektual yang menyentuh pikiran, namun tidak menyentuh hati, melewatkan suatu bagian yang krusial dalam karakter.

  1. Tindakan Moral
Tindakan moral untuk tingkat yang besar merupakan hasil dari dua bagian karakter lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitas moral kecerdasan dan emosi maka mereka mungkin melakukan apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar.
Meskipun demikian, ada masa ketika kita mungkin mengetahui apa yang harus kita lakukan, merasakan apa yang yang harus dilakukan, namun masih gagal untuk menerjemahkan pikiran dan perasaan kita ke dalam tindakan. Untuk memahami apa yang mengerakkan seseorang untuk melakukan tindakan moral atau mencegah seseorang untuk tidak melakukannya kita perlu memperharikan tiga aspek karakter lainnya: kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.
a.       Kompetensi
Kompentensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk memencahkan konflik dengan adil misalnya kita memerlukan keahlian praktis: mendengarkan, menyampaikan dari sudut pandang kita, dan mengusahakan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.
Kompetensi juga bermain dalam situasi moral lainnya. Untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan, kita harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana tindakan. Hal inii lebih mudah dilakukan apabila kita telah berpengalaman menolong orang dalam situasi yang luar biasa sebelumnya.
b.      Keinginan
Pilihan yang benar dalam suatu keinginan moral biasanya pilihan yang sulit. Menjadi orang baik seringkali memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerak energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus lakukan.
Diperlukan keinginan untuk menjaga emosi di bawah kendali pemikiran. Diperlukan keinginan untuk melihat dan berpikir melalui seluruh dimensi moran dalam suatu situasi. Diperlukan keinginan untuk melaksanakan tugas sebelum meperoleh kesenangan. Diperlukan keinginan untuk menolak godaan, untuk menentang tekanan teman sebaya dan melawan gelombang. Keinginan berada pada inti dorongan moral.
c.       Kebiasaan
Dalam siatu yang besar, pelaksanaan tindakan moral memperoleh manfaat dari kebiasaan. Orang-orang yang memiliki karakter yang baik bertindak sebenarnya, dengan loyal, dengan berani, dengan baik dan dengan adil tanpa merasa amat tertekan oleh arah tindakan sebaliknya. Seringkali orang ini melakukan hal yang baik karena dorongan kebiasaan.
Untuk alasan ini, anak-anak, sebagai bagian dari pendidikan moral mereka, diperlukan banyak kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, banyak hal dalam praktik menjadi orang baik. Hal ini berarti pengalaman yang diulangi dalam melakukan suatu hal seperti membantu, jujur, tidak mudah marah, ramah, dan apa yang adil. Oleh karena itu kebiasaan yang baik terbentuk akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri bahkan ketika mereka menghargai situasi yang berat.
Dalam pribadi dengan karakter yang baik. Pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral secara umum bekerja sama untuk saling mendukung satu sama lain. Tentu saja hal ini tidak selalu demikian; bahkan orang yang baik tidak terkecuali sering gagal dalam melakukan perbuatan moral mereka yang terbaik. Namun seiring kita mengembangkan karakter –proses seumur hidup-kehidupan mira yang kita jalani secara mengingkat mengintegrasikan penilaian, perasaan dan pola pelaksanaan perbuatan yang baik.

Sumber:

Lickona, Thomas. 2013. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar