- Pengetahuan
Moral
Terdapat
enam aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan.
a. Kesadaran
Moral
Kebutaan
moral adalah kegagalan moral yang terjadi diseluruh usia. Semua situasi yang
kita hadapi memerlukan pengetahuan moral dan penilaian moral. Kegagalan moral
banyak terjadi pada usia muda. Maka orang muda perlu mengetahui bahwa tanggung
jawab moral yang pertama adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat
suatu situasi yang memerlukan pemikiran moral. Kemudian memikirkan dengan
cermat apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Aspek kedua dari
sekadaean moral adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan.
Karena sangat sering kita tidak dapat memutuskan apa yang benar dalam membuat
penilaian moral.
b. Mengetahui
Nilai Moral
Mengetahui
sebuah nilai berarti juga memahami bagaimana cara menerapkan nilai yang
bersangkutan dalam berbagai situasi. Nilai-nilai moral seperti mengahargai
kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, toleransi,
penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan
menjadi pribadi yang baik. Ketika digabung seluruh nilai ini menadi warisan
moral yang diturunkan dari satu generasi ke generasi. Literasi etika memerukan
pengetahuan akan nilai-nilai ini.
c. Penentuan
Perspektif
Penentuan
perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain,
melihat situasi bagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir,
bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Hal ini merupakan persyaratan bagi
penilaian moral. Kita tidak dapat mengormati orang lain dengan sangat baik dan
bertindak dengan adil ketika kita tidak
memahami orang yang bersangkutan. Sasaran pendidikan moral harus
membantu siswa mengalami dunia dari sudut pandang orang lain, terutama sudut
pandang orang-orang yang berbeda dari diri mereka sendiri.
d. Pemikiran
Moral
Pemikiran
moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral dan mengapa harus
aspek moral. Mengapa penting untuk menerapi janji? Mengapa harus melakukan
pekerjaan terbaik saya? Pemikiran perkembangan moral anak-anak bersifat
gradual. Mereka mempelajari pemikiran moral yang baik dan apa yang dianggap
sebagai pemikiran moral yang tidak baik. Ditingkat yang lebih tinggi pemikiran
moral juga mengikutsertakan pemahaman atas niai moral klasik.
e. Pengambilan
Keputusan
Pengambilan
keputusan berarti mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui
permasalahan moral dengan cara ini merupakan keaslian pengambilan keputusan
reflektif.
f. Pengetahuan
Pribadi
Mengetahui
diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk
diperoleh, namun hal ini perlu untuk pengembangan karakter. Menjadi orang
bermoral memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan kita sendiri dan
mengevaluasi perilaku kita secara kritis.
Mengembangkan
pengetahuan moral pribadi mengikutsertakan hal menjadi sadar akan kekuatan dan kelemahan
karakter individual kita dan bagaimana cara mengatasi kelemahan kita.
Kesadaran moral, mengetahui nilai moral, penentuan
perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi
merupakan kualitas pemikiran yang memebentuk pengatahuan moral. Kesemuanya ini
membentuk kontribusi yang penting bagi sisi kognitif karakter kita.
- Perasaan
Moral
Sisi emosional karakter yang sedikit terabaikan dalam
pembahasan pendidikan karakter, namun sisi ini sangat penting. Hanya mengetahui
apa yang benar bukan merupakan jaminan di dalam hal melakukan tindakan yang
baik. Masyarakat bisa sangat pintar tentang perihal benar dan salah dan masih
memilih yang salah.
a. Hati
Nurani
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif
untuk mengetahui apa yang benar dan sisi emosional merasa kewajiban untuk
melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu apa yang benar, namun merasakan
sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut.
Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu
perlu diperhitungkan. Mereka ini berkomitmen untuk menghidupi nilai moral
mereka karena nilai-nilai moral tersebut berakar sangat dalam pada diri sendiri
seseorang bermoral. Orang seperti ini sangat tidak berbohong karena mereka
mengidentifikasi tindakan moral mereka.
b. Harga
Diri
Ketika kita memiliki ukuran harga diri yang sehat,
kita menilai diri sendiri. Ketika kita menilai diri kita sendiri, kita
menghargai diri kita sendiri. Kita tidak
begitu mungkin menyalahgunakan gagasan atau pemikiran kita atau memperkenankan
orang lain untuk menyalahgunakannya. Orang yang memiliki harga diri tidak akan
tergantung pada persetujuan orang lain, dan akan cenderung bisa memperlakukan
oran lain dengan cara yang positif. Namun harrga diri yang tinggi dengan
sendirinya tidak menjamin karakter yang
baik.
c. Empati
Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman
yang seolah-olah terjadi dalam diri orang lain. Empati memampukan kita untuk
keluar dari diri kita sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain. Ini merupakan
sisi emosional penentuan presfektif.
Setiap orang memiliki empati yang berbeda-beda. Maka
guru perlu bekerja keras untuk membantu anak agar mereka memahami dan
bersimpati terhadap orang lain.
d. Mencintai
Hal yang Baik
Merupakan bentuk karakter yang tertinggi
mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang baik. Dalam
pendidikan tentang hal yang baik, hati kita dilatih sebagaimana dengan pikiran
kita. Orang yang baik belajar tidak hanya membedakan antara yang baik dan yang
buruk melainkan juga diajarkan untuk mencintai hal yang baik dan membenci hal
yang buruk.
Ketika orang mencintai hal yang baik, mereka akan
senang melakuakn yang baik. Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya
moral tugas.
e. Kendali
Diri
Kendali
diri diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri. Apa
bila seseorang mencari akar gangguan moral seseorang mendapati hal ini dalam
pemanjaan diri, dalam pengerjaan kesenangan yang menyebabkan banyak orang untuk
menyerap diri mereka secara seutuhnya dalam pengejaran keuntungan finansisal.
Idealisme yang tinggi mengalami kegagalan di hadapan pola ini. Dan kecuali
kendali diri menjadi bagian yang lebih besar dalam karakter orang muda.
f. Kerendahan
Hati
Kerendahan hati merupakan kebaikan moral yang
terabaikan namum meripakan bagian yang esensial dari karakter yang baik.
Kerendahan hari merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi. Hal ini merupakan
keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna
memperbaiki kegagalan kita. Kerendahan hati juga membantu kita mengatasi
kesombongan. Menurut C.S. Lewis kebanggaan merupakan sumber arogansi, prasangka
dan meremehkan orang lain.
Kerendahan hati merupakan pelindung yang
terbaikterhadap perbuatan jahat. Kejahatan tidak akan dilakukan seluruhnya atau
dengan baik sebagaimana halnya ketika hal itu dilakukan dengan hati nurani yang
baik. Dosa terberat dalam kebanggan adalah menipu diri sendiri, berbuat jahat
dan menyebutnya sebagai hal yang baik. Dalam buku People of the Lie: The Hope for Healing Human Evil, psikiater Scott
Peck berpendapat bahwa orang-orang saleh mampu melakuan kejahatan yang besar
karena tidak mampu mengkritik diri mereka sendiri. Mereka mengatakan kepada
diri mereka sendiri bahwa mereka tidak mampu berbuat salah.
Hati nurani, harga diri, empati, mencitai hal yang
baik, kendali diri dan kerendahan hati semuanya ini membentuk sisi emosional
diri moral kita. Perasaan tentang diri sendiri, orang lain, dan kebaikan itu
sendiri bergabung dengna pengetahaun moral untuk membentuk sumber motivasi
moral kita. Semuanya ini membantu kita kelintasi jembatan dari mengetahui hal
yang baik menjadi melakukan yang yang baik. Kehadiran atau ketiadaan perasaan
moral ini dalam sebagian besar menjelaskan alasan mengapa beberapa orang
melakukan praktik prinsip moral mereka sedangkan yang lain tidak. Untuk alasan
ini pendidikan moral yang semata-mata bersifat intelektual yang menyentuh
pikiran, namun tidak menyentuh hati, melewatkan suatu bagian yang krusial dalam
karakter.
- Tindakan
Moral
Tindakan moral untuk tingkat yang besar merupakan
hasil dari dua bagian karakter lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitas
moral kecerdasan dan emosi maka mereka mungkin melakukan apa yang mereka
ketahui dan mereka rasa benar.
Meskipun demikian, ada masa ketika kita mungkin
mengetahui apa yang harus kita lakukan, merasakan apa yang yang harus
dilakukan, namun masih gagal untuk menerjemahkan pikiran dan perasaan kita ke
dalam tindakan. Untuk memahami apa yang mengerakkan seseorang untuk melakukan
tindakan moral atau mencegah seseorang untuk tidak melakukannya kita perlu
memperharikan tiga aspek karakter lainnya: kompetensi, keinginan, dan
kebiasaan.
a. Kompetensi
Kompentensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah
penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk
memencahkan konflik dengan adil misalnya kita memerlukan keahlian praktis:
mendengarkan, menyampaikan dari sudut pandang kita, dan mengusahakan solusi
yang dapat diterima oleh semua pihak.
Kompetensi juga bermain dalam situasi moral lainnya.
Untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan, kita harus mampu merasakan
dan melaksanakan rencana tindakan. Hal inii lebih mudah dilakukan apabila kita
telah berpengalaman menolong orang dalam situasi yang luar biasa sebelumnya.
b. Keinginan
Pilihan yang benar dalam suatu keinginan moral
biasanya pilihan yang sulit. Menjadi orang baik seringkali memerlukan tindakan
keinginan yang baik, suatu penggerak energy moral untuk melakukan apa yang kita
pikir harus lakukan.
Diperlukan keinginan untuk menjaga emosi di bawah
kendali pemikiran. Diperlukan keinginan untuk melihat dan berpikir melalui
seluruh dimensi moran dalam suatu situasi. Diperlukan keinginan untuk
melaksanakan tugas sebelum meperoleh kesenangan. Diperlukan keinginan untuk
menolak godaan, untuk menentang tekanan teman sebaya dan melawan gelombang.
Keinginan berada pada inti dorongan moral.
c. Kebiasaan
Dalam siatu yang besar, pelaksanaan tindakan moral
memperoleh manfaat dari kebiasaan. Orang-orang yang memiliki karakter yang baik
bertindak sebenarnya, dengan loyal, dengan berani, dengan baik dan dengan adil
tanpa merasa amat tertekan oleh arah tindakan sebaliknya. Seringkali orang ini
melakukan hal yang baik karena dorongan kebiasaan.
Untuk alasan ini, anak-anak, sebagai bagian dari
pendidikan moral mereka, diperlukan banyak kesempatan untuk mengembangkan
kebiasaan yang baik, banyak hal dalam praktik menjadi orang baik. Hal ini
berarti pengalaman yang diulangi dalam melakukan suatu hal seperti membantu,
jujur, tidak mudah marah, ramah, dan apa yang adil. Oleh karena itu kebiasaan
yang baik terbentuk akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri bahkan ketika
mereka menghargai situasi yang berat.
Dalam pribadi dengan karakter yang baik. Pengetahuan
moral, perasaan moral dan tindakan moral secara umum bekerja sama untuk saling
mendukung satu sama lain. Tentu saja hal ini tidak selalu demikian; bahkan
orang yang baik tidak terkecuali sering gagal dalam melakukan perbuatan moral
mereka yang terbaik. Namun seiring kita mengembangkan karakter –proses seumur
hidup-kehidupan mira yang kita jalani secara mengingkat mengintegrasikan
penilaian, perasaan dan pola pelaksanaan perbuatan yang baik.
Sumber:
Lickona, Thomas. 2013. Educating for Character: How Our Schools Can
Teach Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar