ERITREA DAN LIBYA
Disusun dan Dipersembahkan Pada Mata Kuliah Sejarah Afrika
Dosen Pengampu : Hendra Kurniawan,M.Pd

Disusun oleh:
Paulinnus Yanto (121314013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Sejarah perkembangan kehidupan suatu bangsa pasti mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat besar. Benua Afrika adalah benua terbesar kedua dunia dan kedua terbanyak penduduknya setelah Asia. Benua Afrika dikenal dengan julukan Benua Hitam. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di kawasan benua ini adalah orang-orang kulit hitam (negro). Di Afrika sekarang, dapat ditemukan tanaman yang telah ada sejak zaman Dinosaurus. Manusia purba berburu dan meramu di padang rumput dan hutan hujan Afrika kuno. Afrika adalah tempat tinggal manusia yang paling awal, dari benua ini manusia kemudian menyebar ke benua-benua lain. Kemampuan untuk berdiri, berjalan, dan beradaptasi dengan perubahan keadaan yang dipelajari oleh manusia pertama. Afrika adalah tempat di mana garis evolusi kera menjadi berbeda dari protohuman tujuh juta tahun yang lalu. Afrika merupakan satu-satunya benua yang ditinggali nenek moyang manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo Erectus berkembang ke luar Afrika menuju Eropa dan Asia. Salah satu begara yang ada di benua Afrika adalah Eritrea, Negara ini terletak dipantai Laut Merah yang sejak tahun 1962 resminya mempunyai status provinsi Ethiopia tetapi kenyataannya sejak tahun itu juga berjuang untuk membebaskan dirinya dari kekuatan Ethiopoia. Dengan penduduk sekitar 1.500.000 orang dan wilayah seluas 117.600km2, hamper sebesar pulau jawa, Eritrea termasuk negeri kecil dan miskin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Afrika sering dikenal denga sebutan “The Dark Continent”. Istilah ini sebetulnya merupakan istilah yang sudah membatu dalam masyarakat luas yang berasal dari suatu predikat yang ramai diteriakan pada zaman kolonial terhadap Afrika. Berbeda dengan sebutan Greenland atau Yellow River, sebutan Dark Continet lebih pada konotasi negative yang merendahkan dan sering kali dipakai untuk tujuan yang bersifat imperialistis. Nama “Afrika” sudah dikenal sejak zaman kuno. Besar kemungkinan orang romalah yang pertama kali menggunakannya, walaupun semula hanya untuk menunjukkan suatu wilayah tertentu di pantai Afrika Utara yang jadi daerah kekuasaannya, yakni berkas Carthago dan sekitarnya. Mereka menyebutnya Afri, atau A Fricani, yang berasal dari nama salah satu suku mayoritas pendudk setempat Aouriqha atau Afarika. Kemudian pada masa orang Arab berkuasa menggantikan kedudukan Roma, nama tersebut juga digunakan dengan ejaan yang sedikit berbeda Ifrikiya. Selanjutnya pada zaman Kolonial orang Eropa menggunakannya malah untuk seluruh gugusan benua, dan sejak saat itulah nama Afrika terpakai secara umum. Sebuah paradoksal bila dikatakan bahwa mitos tentang Afrika justru timbul setelah benua tersebut dikenal oleh dunia luar. Pengenalan dunia secara utuh, khususnya dimata orang barat, sebenarnya merupakan barang baru. Sebelumnya ,mereka mengenal Afrika hanya namanya saja tanpa mengetahui isinya. Pengetahuan yang mereka peroleh amat terbatas. Kemudian saat mereka berhadapan dengan Afrika yang sesungguhnya seringkali hubungan antara bangsa tersebut diwarnai oleh suatu ketidak seimbangan yang menjurus kea rah dominasi suatu piahak oleh pihak lain. Bangsa Barat yang merasa dirinya lebih unggul selalu memberikan penilain yang rendah terhadap Afrika. Untuk mengekalkan dominasinya justru hasil penilaian subyektif itulah yang selalu ditonjolkan sebgai sutau kebenaran. Dengan latar belakang ketidak tahuan adanya tujuan tertentu; maka lahirlah mitos Afrika “The Dark Continent”, yang diterima oleh masyarakat Barat sebagai suatu kebenaran.
Dan sebagai klimaks dari semuanya disusunlah suatu hipotesis rasialais atas sebuah pertanyaan profokatif; kenapa Afrika terbelakang. Jawabanya benar –benar merupakan suatu kunci mati atas semua penilaian yang dilontarkan terhadap Afrika. Dengan didukung oleh keyakinan religi dan diperkuat oleh bukti yang bersifat Pseudo scientific dalam bidang medis, ssampailah orang Barat kepada suatu kesimpulan bahwa keterbelakangan Afrika disebabkan oleh Struktur rasialnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana letak geografis Eritrea ?
2. Kapan sejarah barunya Eritrea dimulai ?
3. Bagaimana masalah dan Perkembangan Eritrea dan kertelibatan Bangsa Asing ?
4. Bagaimana keadaan geografis Libya ?
5. Bagaimana perjuangan kemerdekaan Libya ?
BAB II
PEMBAHASAN
- Letak Geograifs Eritrea
Eritrea adalah sebuah negara yang terletak di bagian timur laut Afrika. Eritrea berbatasan dengan Sudan di sebelah barat, Ethiopia di selatan, dan Djibouti di tenggara. Laut Merah di sebelah timur Eritrea memisahkan negara itu dengan kawasan Timur Tengah. Bagian timur dan timur laut negara ini mempunyai garis pinggir laut yang panjang yang menghadap Laut Merah, betul-betul berhadapan dengan Arab Saudi dan Yaman. Kepulauan Dahlak dan banyak pulau di Kepulauan Hanish merupakan sebagian Eritrea. Namanya berasal dari kata Latin untuk Laut Merah, Mare Erythraeum, yang berasal dari kata Yunani yang berarti "merah" Eritrea digabungkan menjadi sebuah koloni oleh Kerajaan Italia pada tanggal 1 Januari 1890. Negara bangsa modern Eritrea mencapai kemerdekaan dari Ethiopia pada tanggal 24 Mei 1993 setelah berperang selama 30 tahun dari 1961 hingga 1991. Eritrea secara resmi merupakan sebuah demokrasi parlementer yang terdiri dari enam kawasan, tetapi kini berfungsi sebagai sebuah negara satu partai. Eritrea adalah sebuah negara yang banyak memiliki bahasa dan budaya dengan dua agama utama serta sembilan suku, dengan masing-masing dari mereka bertutur dalam bahasa yang berlainan. Negara ini tidak mempunyai bahasa resmi, tetapi menggunakan tiga bahasa kerja, yaitu bahasa Tigrinya, bahasa Arab, dan bahasa Inggris. Bahasa keempat, yaitu bahasa Italia, kadang-kadang juga digunakan untuk perdagangan.
- Sejarah Baru Eritrea
a. Koloni Itali (1890-1941)
Periode pertama mulai ketika orang-orang Itali yang ingin mempunyai koloni mendudukinya. Berdasarkan suatu persetujuan antara Itali dan Kaisar Ethiopia Menelik II tahun 1889, yang mengesahkan pendudukan itu, pada tanggal 1 januari 1890 negeri itu secara resmi menjadi sebuah koloni Italia yang diberi nama Eritrea dari kata latin mare arythraeum, artinya laut merah. Hak Itali itu dikukuhkan lagi dalam suatu persetujuan baru antara Ethiopia dan Itali yang ditandangani di Addis Abeba pada tahun 1896 dan mengakhiri peprangan yang pecah antara kedua Negara itu akibat perbedaan tafsir persetujuan tersebut. Itali menguasai Negara itu sampai tahun 1941 dan selama itu berusaha mengembangkannya, antara lain dengan membangun prasarana, termasuk jalan-jalan, jalan-jalan kereta api, pelabuhan dan lain sebagainya, dan mendatangkan kolonis-kolonis Itali yang pada waktu itu mencapai jumlah 80.000 orang.
b. Pendudukan Inggris (1941-1952)
Pada bulan oktober 1935 pasukan-pasukan Itali menyerbu Ethiopia pada tanggal 5 mei 1936 berhasil menduduki Addis Abeba setelah mematahkan perlawanan gigih yang yang diberikan orang-orang Ethiopia dibawah pimpinan Kaisar Haile Selassie. Akan tetapi usaha Itali untuk memperluas imperiumnya itu berakhir pada bulan April 1941 ketika pasukan-pasukan Inggris merebut Asmara, ibukota Eritrea dan secara berangsur-angsur juga seluruh Ethiopia. Dengfan itu Eritrea memasuki periode yang kedua yang berlangsung sampai tahun 1952. Selama perang pembebasan itu Inggris memberikan janji kepada rakyat Eritrea bahwa mereka akan dibebaskan dari kekuasaan Itali. Sesuai dengn itu pada tanggal 10 Februari 1947 dipaksa melepaskan haknya atas Eritrea, yang hari depannya diserahkan kepada Inggris, Prancis, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akan tetapi mereka gagal mencapai suatu persetujuan dan persoalan diserahkan kepada PBB yang mengirimkan suatu komisi ke tempat dan pada tanggal 2 Desember 1950 memutuskan bahwa Eritrea hendaknya digabungkan dengan Ethiopia dalam suatu federasi di bawah kedaulatan Kaisar Ethiopia. Selama itu Eritrea diperintah Ingris sebagai suatu negeri perwalian PBB.
c. Federasi Eritrea-Ethiopia (1952-1962)
Karena memerlukan banyak persiapan, federasi itu baru dapat dibentuk pada tanggal 15 September 1952. Berdasarkan konstitusinya, sebagai Negara bagian Eritrea mempunyai parlemen dan pemerintahannya sendiri yang menguasai urusan-urusan dalam negeri, sedangkan hubungan dan perdagangan dengan luar negeri, mata uang dan pertahanan menjadi tanggung jawab pemerintah federal di Addis Abeba. Dengan pembentukan federasi itu mulai periode ketiga yang berlangsung selama sepuluh tahun. Dalam periode itu rakyat Eritrea masih dapat mempertahankan identitas nasionalnya yang dibentuk selama pendudukan Itali da Inggris, dan sampai batas-batas tertentu juga melaksanakan hak-haknya sebagai suatu bangsa.
d. Povinsi Ethiopia (1962- )
Periode ketiga itu berakhir pada tanggal 15 November 1962 ketika parlemen federal mengesahkan keputusan parlemen Eritrea untuk menghapus federasi itu dan menjadi Eritrea suatu bagian integral Ethiopia sebagai salah satu provinsinya. Dengan demikian berakhirnya otonominya dan identitas nasionalnya terancam. Maka mulailah periode keempat yang sekaligus merupakan periode sengketa. Aneksasi itu dilakukan atas kemauan Kaisar Haile Selassie yang memerintah sebagai seorang dictator dengan kekuasaan tak terbatas, tanpa persetujuan rakyat Eritrea. Secara formil tindakan itu dilakukan berdasarkan suatu keputusan parlemen Eritrea, tetapi keputusan itu diambil di bawah paksaan.
3. Masalah Eritrea dan Perkembangannya
Sebagai akibat aneksasis yang menurut times adalah “perampasan secara bodoh hak-hak otonomi bangsa Eritrea yang diberikan oleh PBB pada tahun 1952”, timbullah sengketa antara Pemerintah Erhiopia dan rakyat Eritrea, yang makin lama makin sengit dan mencapai puncaknya dalam pertempuran-pertempuran besar yang mulai berkobar pada tanggal 31 Januari 1975 dan mungkin akan menentukan hari depan Eritrea.
a. Inti dan Asal Usul Masalah
Itulah inti dan asal mula masalah Eritrea. Dengan demikian masalah Eritrea dadap dibatasi sebagai sengketa antar Pemerintah Ethiopia dan rakyat Eritrea, yang timbul karena rakyat Eritrea tidak dapat menerima aneksasi negeri mereka menjadi provinsi Ethiopia dan berjuang untuk mendapatkan kembali hak-hak nasional mereka yang diakui PBB pada tahun 1950, sedangkanPemerintah Ethiopia tidak hanya tidak menghiraukan hak-hak itu tetapi juga menggunakan kekerasan untuk menumpas gerakan yang dilancarkan mereka untuk mendapatkannya kembali.
b. Sikap Rejim Lama Ethiopia
Sejak permulaan Pemerintahan Ethiopia menentang gerakan Eritrea itu dan berusaha menumpasnya, akan tetapi operasi-operasi militer yang dilancarkannya tidak berhasil mencapai sasarannya, biarpun banyak menelan biaya dan merupakan beban berat bagi keungan Negara. Kaum nasionalis Eitrea telah bertekad bulat untuk mendapatkan kembali hak-hak nasional mereka dan sebuhungan dengan itu menyusun suatu kekuatan yang makin lama makin besar. Pada tahun 1958 mereka membentuk Front Pembebasan Eritrea (ELF), yang dari markasnya di Damakus selain mencari dukungan dan bantuan asing juga memimpin perang gerilya yang pada 1926 dimulai di wilayah Eritrea. Biarpun dalam bentrokan-bentrokan dengan pasukan Pemerintah Ethiopia jatuh banyak korban, gerakan Eritrea terus meningkat, tidak hanya kerena dukungan rakyat tetapi juga berkat bantuan militer dan keuangan beberapa Negara Afriak dan Arab. Pada bulan agustus 1974 gerakan itu juga mendapat dukungan ke-32 orang Eritrea yang duduk diparlemen menyelesaikan masalah Eritrea dengan kekerasan, akhirnya mereka bersama-sama ke luar dari parlemen dan menolak segala bujukan untuk meninjau kembali keputusan mereka itu.
c. Sikap Rejim Baru
Sesudah pergantian pemerintah akibat judeta tanggal 21 september 1974 mula mula terjadi suaru perubahan.dengan keyakinan bahwa masalah Eritrea tidak dapat diselesaikan dengan kekerasan,jendral aman andom yang sejak kudeta itu memegang jabatan ketua dewan militer dan kepala pemerintahan sementara memperjuangkan suatu penyelesaiaan politik dan dalam rangka mewartakan perundingan perundingan yang ditanggapi secara positif oleh ELF. Akan tetapi sebelum rencana itu dapat dilaksanakan, kelompok radikal dalam tubuh dewan militer yang menentangnya,berhasil meyingkirkan jendral Andom.mereka segera mengirim 8.000 pasukan ke Eritrea untuk membantu divisi ke-2 menumpas gerakan Eritrea,sebagai tanggapan, ELF juga mengambil skap yang lebih keras dan meningkatkan aksi aksi mereka.hal itu mudah dilakukannya,antara lain berkat bantuan senjata seharaga US$ 2 juta yang baru diterumanya dari pemerintahan Libya.
Secara demikian konfrontasi bersenjata meningkat.akan tetapi pasukan pasukan pemeritah tidak berhasil menupas gerakan Eritrea.itu lah rupanya alasan yang telah mendorong pemerintahan untuk sampai dua kali mengirimkan delegasi ke asmara pada permulaan januari tahu ini untuk berunding dengan pimpinan Eritrea,biarpun hal itu mungkin juga dimaksud sebagai ultimatum.akan tetapi usaha itupun gagal.pemerintahan Ethiopia tidak bersedia persyaratan ELF untuk menghentikan tembak-menenbak,yaitu perundingan perundingan dengan ELF sebagai wakil rakyat Eritrea,pembebasan tahanan tahanan politik dan kebebasan pers.b,ertepatan denga itu kekuatangerakan menjadi lebih kuat lagi berkat bergabungnya lagi front pembebasan rakyat,yang pada tahun 1970 memisahkan diri dari ELF bantuan senjata baru dari Libya seharga US$ 5 juta termasuk senjata senjata anti tank dan anti pesawat udara yang modern seperti peluru kendali SAM-7 buatan soviet.pada tanggal 28 januari pemerintahn Ethiopia mengumukan akan segera melancarkan serangan besar besaran untuk menumpas gerakan gerakan Eritrea.
d. Ofensif Gerakan Eritrea
Akan tetapi perjuangan perjuangan Eritrea mendalui melancarkan suatu ofensif besar besaran.merka mengepung kota asmara dan pada tanggal 31 januarisecara serentak menghantam posisi posisi pada tentara Ethiopia,termasuk markas besar devisi ke-II .rupanya ofensif itu adalah pelaksanaan rencana yang diumumkan ELF pada tanggal 27 desembar 1974 untuk menghentikan perang geriliya dan memulai perang total fisik maka berkobarlah pertempuran pertempuran sengit selama berhari hari,yang memaksa beribu ribu penduduk mengungsi keluar kota,termasuk orang orang asing.
Pasuka pasuka pemerintah mengalami banyak kesuliatan dan meminta bantuan,akan tetapi bantuan yang segera dikirimkan dari Addis Abeba tidak banyak menolong mereka.hanya sebagian kecil berhasil menerobos pejuang pejuang Eritrea yang mengepung Asmara dan memotong suplai pangan dan bahan bakar,sedangkan sebagian besar dijebak dan dihancurkan atau terpaksa berhenti ditengah jalan karena beberapa jembatan diledakan musuh.sebagai akibanya persedian amunisi dan bahan bakar untuk tank tank dan kendaraan lain semakain menipis,sehingga keadaan menjadi kritis.juga pesawat pesawat temput AU Ethiopia yang dikerahkan tidak dapat beroprasi dengan leluasa karena pejuang pejuang Eritrea memiliki senjata anti pesawat yang modern dan telah berhasil merontokkan sejumlah pesawat tempur lagi pula persedian bahan bakar bagi pesawar pesawat itu juga terbatas.
Kemingkinan besar akan segera terjadi pertempuran pertempuran yang menentukan kalau sebelumnya tidak tercapai suatu gencatan senjata.sekitar 15000 sampai 20000 orang pasukan Pemeritahan Ethiopia dengan persediaan amunisi dan bahan bakar yang semakin menupis berhadapan dengan sekitar 17000 orang pejuang ELF dan PLF yang dibantu oleh ribuan orang bersejata lainnya dan menguasai jalan jalan masuk asmara.itu lah yang rupanya alas an yang telah mendorong rejim militer Ethiopia untuk mengusulkan suatu gencatan senjata,terlepasa dari seruan yang disampaikan presiden Nimeiry dari sudan kepada kedua pihak untuk mengehentikan tembak menembak dan segera mulai perundingan perdamaian.
e. Keterlibatan asing
Negara Negara afrika mengikuti perkembangan di Eritrea itu dengan cemas,tetapi umunya tidak bermaksud campur tangan karena melihat masalah Eritrea intern Ethiopia. Seperti diketahui salh satu asas poko yang diterima OAU bagi hubungan antara Negara Negara di afrika ialah hormat terhadap kemerdekaan,kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara masing masing.sehubunga dengan masalah itu Eritrea belum pernah dibicarakan dalam siding siding OAU maupun PBB,akan tetapi eskalasi konflik yang banyak minta korban sekarang ini mungkin akan merubah sikap itu terutama karena masalah Eritrea adalah suatu kasus tersendiri.
Kenyataannya sejumlah Negara afrika dan arab telah mengambil sikap yang berlainan, antara lain Somalia, Sudan, Mesir, Libya, Suriah, Irak, Kuait, Persatuan Emirat Arab,Saudi Arabia dan Yaman Selatan. Mereka melihat gerakan Eritrea buakn sesuatu pemberontakan atau suatu gerakan saparatis,tetapi sebagai sesuatu gerakan nasional yang berjuang untuk mendapatkan kembali,hak hak nasional rakyat Eritrea,yang telah dirampas rejim otoriter Kaisar Haile Selassie.oleh sebat itu mereka memberikan bantuan baik moril maupun militer dan keuangan,biarpun motivasi keagamaan juga memegang peranan.merak melihat rakyat Eritrea juga sebagai suatu minoritas muslim yang ditidas oleh mayoritas Kristen yang berkuasa di Ethiopia.
Waktu ini pemerintahan Ethiopia sedang berusaha mendapatkan suplai militer baru,terutama amunisi,dari amerika serikat,tetapi permintaan itu menempatkan amerika serikat dalam suatu dilemi yang sulit.memenuhi permintaan itu akan berarti membantu pemerintah Ethiopia menumpas gerakan Eritrea,yang seperti kita lihat diatas banyak Negara Arab sebagai suatu gerakan pembebasan nasional.sebaliknya menolaknya akan berarti memberikan peluang kepada Unisoviet untuk mendapatkan tempat berpijak di Ethiopia yang sejauh ini mengambil sikap proBarat biarpun resminya termasuk Negara Non-blok.biarpun belum dapat dipastiakan bahwa unisoviet akan memenuhi permintaan Ethiopia.sebagai jalan keluar,ameriaka serikat dapat menggunakan taktik mengulur waktu sambil melihat perkembangan selanjutnya dan memperingatkan Unisoviet bahwa campur tangan di Ethiopia dapat membahayakan détente dan meyeret kedua Negara super itu kedalam suatu konfrontasi
Sementara itu Sudan telah melakukan campur tangan lebih lanjut dengan berseru kepada kedua pihak sengketa untuk menghentikan tembak menembak dan mengadakan perundingan perundingan perdamaian.kemungkinan usaha itu akan mendapat dukungan Negara Negara lain,sehingga Pemerintah Ethiopia akan mendapat tekanan yang semakin berat untuk meninggalakan dalam kekerasan dan menempuh jalan perundingan.selai itu tidak mustahil masalah Eritrea akhirnya diajukan ke porum PBB atau OAU.
4. Keadaan Geografis Libya
Libya termasuk Negara yang berada dikawasan benua Afrika bagian utara. Sebagian besar (90 %) wilayah berupa gurun pasir yang lebih dikenal dengan gurun sahara. Libya mempunyai banyak kandungan minyak sehingga mengantarkannya menjadi sebuah Negara yang lebih maju dari sebelumnya. Demografi Wilayah Libya
Libya merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit berada disekitar ketinggian 200–600 meter. Akan tetapi di Libya terdapat gurun yang luas yaitu gurun sahara. Negara ini tidak banyak mempunyai aliran sungai. Hal ini dimungkinkan karena adanya gurun tersebut. Untuk kebutuhan air dalam kehidupan air sehari–hari penduduk mengandalkan sumber mata air artesis. Selain itu Libya memiliki Iklim kering. Suhu rata-rata di sana berkisar 11 derajat celcius. Pada saat siang hari Libya mengalami udara yang sangat panas. Sistem Ekonomi, politik, dan pemerintahan
Libya mempunyai kandungan minyak yang cukup besar dan menjadi Negara penghasil minyak terbesar di benua Afrika. Banyaknya kandungan minyak tidak diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Dengan penjualan minyak yang terus meningkat membuat pendapatan per kapita cukup tinggi yaitu sekitar 8.640 dolar tahun 1980 dan terus mengalami kenaikan. Selain migas sektor pertanian menyerap tenaga kerja sekitar 5%. Kawasan utara Libya banyak menghasilkan gandum, tembakau dan zaitun. Pemerintah Libya mengembangkan teknik pertanian dengan cara hidroponik. Petani mendapatkan benih, pupuk dan alat pertanian yang disediakan oleh pemerintah Libya. Selain itu sektor peternakan Libya juga menjadi pekerjaan penduduk terutama dikawasan timur laut Libya. Sapi dari Inggris diimpor untuk memperbaiki kualitas sapi lokal. Impor Negara Libya mencakup kebutuhan makanan, bahan mentah, kebutuhan sehari-hari, dan perlengkapan alat perang. Komoditas dagang tersebut diperoleh dari Negara Italia, Jerman, dan Inggris. Sedangkan dalam urusan politik dan pemerintahan Libya merupakan Negara yang berbentuk Republik Sosial Yang dipimpin oleh seorang Presiden. Pada proses demokrtasi di Libya menganut satu partai yaitu partai sosialis Arab. Tahun 1969 terjadi perubahan konstitusi dimana telah membentuk Kongres Rakyat Nasional memilih anggota sekretaris Jenderal, cabinet dan penetapan mahkamah agung sebagai kekuatan Yudikatif tertinggi.
Libya merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit berada disekitar ketinggian 200–600 meter. Akan tetapi di Libya terdapat gurun yang luas yaitu gurun sahara. Negara ini tidak banyak mempunyai aliran sungai. Hal ini dimungkinkan karena adanya gurun tersebut. Untuk kebutuhan air dalam kehidupan air sehari–hari penduduk mengandalkan sumber mata air artesis. Selain itu Libya memiliki Iklim kering. Suhu rata-rata di sana berkisar 11 derajat celcius. Pada saat siang hari Libya mengalami udara yang sangat panas. Sistem Ekonomi, politik, dan pemerintahan
Libya mempunyai kandungan minyak yang cukup besar dan menjadi Negara penghasil minyak terbesar di benua Afrika. Banyaknya kandungan minyak tidak diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Dengan penjualan minyak yang terus meningkat membuat pendapatan per kapita cukup tinggi yaitu sekitar 8.640 dolar tahun 1980 dan terus mengalami kenaikan. Selain migas sektor pertanian menyerap tenaga kerja sekitar 5%. Kawasan utara Libya banyak menghasilkan gandum, tembakau dan zaitun. Pemerintah Libya mengembangkan teknik pertanian dengan cara hidroponik. Petani mendapatkan benih, pupuk dan alat pertanian yang disediakan oleh pemerintah Libya. Selain itu sektor peternakan Libya juga menjadi pekerjaan penduduk terutama dikawasan timur laut Libya. Sapi dari Inggris diimpor untuk memperbaiki kualitas sapi lokal. Impor Negara Libya mencakup kebutuhan makanan, bahan mentah, kebutuhan sehari-hari, dan perlengkapan alat perang. Komoditas dagang tersebut diperoleh dari Negara Italia, Jerman, dan Inggris. Sedangkan dalam urusan politik dan pemerintahan Libya merupakan Negara yang berbentuk Republik Sosial Yang dipimpin oleh seorang Presiden. Pada proses demokrtasi di Libya menganut satu partai yaitu partai sosialis Arab. Tahun 1969 terjadi perubahan konstitusi dimana telah membentuk Kongres Rakyat Nasional memilih anggota sekretaris Jenderal, cabinet dan penetapan mahkamah agung sebagai kekuatan Yudikatif tertinggi.
5. Perjuangan Kemerdekaan Libya
Lybia merupakan daerah yang staregis sehingga jadi incaran negara-negara lain untuk menguasainya. Ini dapat dilihat dari sejarah Lybia dari abad ke 2 sampai dengan abad 19 yang sering berganti yang menguasainya. Akan tetapi yang paling terkenal menguasai Lybia adalah Italia. Pada perlawanan rakyat Lybia terhadap Italia juga melahirkan sebuah gerakan Islam yang bernama gerakan Sanussy. Gerakan Sannusy adalah suatu gerakan agama yang bertujuan mengembangkan ajaran ajaran Islam dan menanamkan cara-cara beribadah menurut Sanusy. Gerakan ini didirikan oleh Sayyid Muhamad Ali As-Sanusy. Gerakan ini yang secara gigih mengadakan perlawanan terhadap penguasa Lybia pada saat itu yaitu Italia tetapi usaha tersebut juga selalu gagal. Tujuan Italia menguasai Lybia adalah untuk menguasai Laut Tengah sebagai usaha awal untuk memdirikan kerajaan Romawi baru di Afrika. Untuk menjalankan hal tersebut Italia menggunakan cara kekerasan dengan melebur Lybia sama sekali dan dijadikan suatu daerah Italia atau kerajaan Romawi baru. Untuk melaksanakan hal itu maka Italia memilih hari bersejarah yaitu hari kaum fasic “Maka ke Roma”. Pada saat itu dipindahkanlah1800 keluarga dari Italia ke Lybia yang dipimpin oleh Marsekal Bolbo, gubernur Jendral Libya yang baru. Mereka benar-benar megadakan Explorasi yang besar besaran terhadap penduduk pribumi dengan harapan agar penduduk pribumi akan menyerah pada Italia. Akan tetapi hal itu tidak bisa membunuh senangat Nasionalisme rakyat Libya yang ingin merdeka. Setelah perang dunia II selesai maka berakhirlah kekuasaan Italia di Libya, tatapi hal tersebut tidak lantas membuat Libya secara otomatis merdeka karena seteh itu Libya jadi rebutan negara negara sekutu untuk dikuasai. Karena permasalahan tidak kunjung selesai maka permasalahan Libya akhirnya sampai juga ke meja PBB. Sampai akhirnya muncula seorang tokoh asal Belanda yang juga pegawai PBB yaitu Dr Adrian Pelt. Dr Adrian Pelt diberi tugas oleh PBB untuk mengurusi kemerdekaan Libya. Walaupun mendapat halangan dan banyak kesulitan akhirnya lewat perjuangan yang keras dengan membentuk Markas Besar di Tripolitania, Dr Adriaa Pelt dapat mengatasi segala permasalahan di Libya. Dan pada tanggal 24 Desember 1951 Kemerdekaan Libya diproklamirkan dengan raja pertama adalah Idris As Sanusy Amir Cyrenika.
BAB III
PENUTUP
Gerakan Eritrea dinilai secara berbeda-beda.pemerintah Ethiophia melihatnya sebagai suatu pemberontakan dan gerakan separatis yang mengancam keutuhan wilayah Negara dan oleh sebab itu harus ditumpas dengan kekerasan. Tetapi rakyat Eritrea menilai gerakan itu sebagai suatu gerakan pembebasan nasional sebagai suatu perjuangan untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka sebagai bangsa. Sejumlah Negara sependapat dengan perjuangan-perjuangan Eritrea dan memberikan bantuan moril, militer dan keuangan kepada mereka. Dapat diperkirakan bahwa dalam waktu dekat akan tercapai suatu gencatan senjata yang akan disusul perundingan-perundingan perdamaian antara Pemerintah Ethhiopia dan pemimpin-pemimpin gerakan Eritrea di bawah pengawasan PBB atau QAU. Dalam perundingan-perundingan itu akan terjadi perdebatan-perdebatan sengit. ELF dan PLF sudah tidak puas dengan otonomi tetapi menuntut kemerdekaan penuh bagi Eritrea. Kemerdekaan Eritrea akan berarti suatu kerugian besar bagi Ethiopia, tidak hanya karena Ethiopia akan kehilangan sebuah provinsi tetapi juga jalan ke luar laut, sehingga sekali lagi menjadi suatu negeri terkurung daratan. Lagi pula hal itu dapat menjadi suatu preseden yang berbahaya dalam arti bahwa gerakan-gerakan lain seperti Front Somalia Barat akan meningkatkan aksi-aksinya dan mengancam keutuhan wilayah Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar