17718251002
Judul
|
Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter
|
Jurnal
|
Jurnal Paramita
|
Volume dan Halaman
|
Vol. 22 No. 1 Hal. 81 – 95
|
Tahun
|
Januari 2012
|
Penulis
|
S. Hamid Hasan
|
Reviewer
|
Paulinus Yanto
|
Tanggal
|
9 September 2017
|
Abstrak
|
Jurnal yang berjudul “Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter” ini berisi tentang upaya untuk menangani krisis multidimensional dengan cara dimasukan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah yang memuat paling tidak 18 nilai pendidikan karakter. Pendidikan sejarah dinilai sangat strategis dalam upaya menanaman karakter terhadap anak bangsa dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran sejarah.
Abstrak yang disajikan penulis menggunakan dua Bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan isi dari abstrak ini menuju ke topik bahasan dalam jurnal sehingga pembaca menjadi mudah memamhami jurnal ini.
|
Pendahuluan
|
Didalam paragraph pertama penulis menegaskan bahwa Pendidikan adalah kegiatan sosialbudaya masyarakat dan bangsa yang sangat penting dan vital dalam membangun dan mengembangkan kualitas warganegara dan bangsa untuk kehidupan masa kini dan yang akan datang yang dapat dilihat dari kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Saya pribadi setuju dengan hal tersebut. Kemudian pada paragraf kedua penulis menjelaskan bahwa kebijakan kurikulum terus menerus dikembangkan untuk menjawab perubahan yang terjadi di masyarakat dan bangsa. Menurut saya hal ini sangat penting dilakukan untuk mengikuti arus modernisasi yang sangat cepat. Karena jika kurikulum tidak up to date anak bangsa yang “mengkonsumsi” kurikulum akan jauh tertinggal dengan bangsa lain yang lebih mengikuti perkembangan zaman.
Menurut penulis Pendidikan karakter bangsa, keterampilan, nilai dan sikap sudah sejak lama dimiliki bangsa Indonesia. Tetapi hal tersebut tidak menjadi prioritas utama karena pendidikan lebih mengutamakan pengetahuan (kognitif) yang berlebihan dan mejadikan indikator keberhasilan pendidikan. Yang menjadi tolak ukur pendidikan bukan pada tujuan pendidikan nasional yang jelas menggambarkan kualitas keseluruhan dimensi tetapi ujian nasional yang menjadi tolak ukurnya.
Maka penulis menegaskan bahwa pendidikan harus dikembalikan pada jalurnya seperti yang ditetapkan oleh presiden pada tanggal 14 januari 2010 di dalam sarasehan pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Oleh karena itu, pencanangan pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai bagian yang integral dari pendidikan nasional adalah untuk mengembalikan pendidikan ke jalurnya suatu revitalisasi dan akomodasi dari berbagai upaya yang telah dilakukan sebelumnya. Permasalahan yang dihadapi masih sama yaitu kokohnya pandangan yang menempatkan pengetahuan di atas segala-galanya dan UN menjadi penjaga kebijakan.
Menurut penulis usaha baru dan pengembangan budaya dan karakter bangsa memang harus melawan melawan arus kelompok pengambil kebijakan, pelaksana pendidikan, dan juga masyarakat yang sudah terbiasa dan bahkan terbuai oleh praktek pendidikan selama ini dimana pendidikan disamakan dengan tes, pengukuran dan ujian serta pengukuran kemampuan intelektual terbatas pada jenjang kognitif mengingat dan memahami.
|
Pembahasan
|
Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi sebelas bagian yaitu:
1. Pengertian pendidikan karakter
Penulis mengartikan pendidikan budaya dan karakter sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan peserta didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga pendidik serta mewujudkannya di kelas, sekolah dan masyarakat. Pendidikan karakter juga tidak dibebankan pada pelajaran tertentu, tetapi dirancang dalam sebuah kurikulum sehingga setiap mata pelajaran diwajibkan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Dari uraian penulis pembaca dapat dengan mudah memahami pengertian pendidikan karakter.
2. Tujuan pendidikan karakter
Tujuan pendidikan karakter menurut penulis sebagai berikut: 1) mengembangkan potensi afektif, 2) mengembangkan perilaku terpuji yang sejalan dengan nilai-nilai universal, 3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, 4) menjadikan manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan serta 5) menjadikan sekolah lingkungan yang aman, jujur, penuh kreativitas, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Tujuan yang dirumuskan oleh penuh sangat baik untuk dihidupi dilingkungan sekolah dan masyarakat agar tujuan pendidikan bisa tercapai.
3. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Penulis mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter dari berbagai sumber, seperti dari agama, Pancasila dan tujuan pendidikan nasional. Dari uraian penulis tentang pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila dan tujuan pendidikan nasional menurut saya sudah sangat baik apabila nilai-nilai tersebut bisa diimplementasikan dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Karena nilai-nalai agama yang bersumber dari keyakinan tentu mengajarkan hal-hal yang baik secara etika dan indah secara estetika. Sedangkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan landasan pundamental NKRI dimana nilai-nilai Pancasila menjadi tolak ukur segala tindakan masyarakat Indonesia. Dan tujuan pendidikan nasional tentu saja berorintasi untuk perkembangan dan kemajuan pendidikan Indonesia.
4. Pembelajaran pendidikan karakter bangsa
Pendidikan karakter tidak diajarkan sebagai sebuah mata pelajaran yang berorientasi pada indikator kognitif. Tetapi pendidikan karakter lebih mengarah padan kemampaun afektif, sehingga diwajinkan setiap proses pembelajaran mengembangkan nilai-niai tersebut. Melaui semua mata pelajaran pendidikan karakter bisa dikembangkan.
5. Potensi pendidikan sejarah dalam pendidikan karakter
Pelajaran sejarah memiliki potensi yang sangat besar untuk menanamkan karakter kepada anak didik. Karena sejarah penuh dengan nilai-nilai dan mengajarkan tentang kehidupan budaya bangsanya. Saya sangat setuju dengan uraian penulis yang mengatakan pendidikan sejarah sebagai wadahy yang strategis untuk menanamkan pendidikan karakter kepada anak didik. Cicero mengatakan bahwa sejarah adalah guru kehidupan. Makna dari guru kehidupan artinya sejarah bukan hanya tentang kehidupan masa lalu manusia, tetapi lebih kepada manusia sekarang untuk belajar dari masa lalu. Pendidikan sejarah sangat cocok untuk menanamakan sikap nasionalisme kepada anak didik.
6. Revitalisasi pendidikan sejarah untuk pendidikan karakter
Pendidikan sejarah sangat penting untuk pendidikan karakter bangsa. Bisa ditelusuri dalam kurikulum nasional, dari tingakt SD hinga SMA sejarah selalu dipelajari. Tingakt SD sejarah masuk dalam Ilmu Pengetahuan Sosial untuk mengengbangkan kemampuan dasar anak didik. Hingga tingakat SMA pendidikan sejarah berdiri sendiri. Ini menunjukan bahwa pendidikan sejarah menjadi hal penting dalam penamanan pendidikan karakter di Indonesia.
7. Tujuan pendidikan sejarah
Ada perbedaan yang dijelaskan penulis mengenai tujuan pendidikan sejarah tingkat SD, SMP dan SMA. Tujuan pendidikan sejarah tingkat SMA lebih meganrah pada pemahaman secara mendalam berbagai peristiwa sejarah yang dianggap penting untuk kepentingan bangsa. Jadi jelas dari tujuan pendidikan sejarah, sangat tapat jika pendidikan sejarah menjadi wadah yang strategis untuk menanamkan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
8. Materi pendidikan sejarah
Sesuai dengan tujuan pendidikan sejarah, materi sejarah sebagai pendidikan juga dikemas sedemikian rupa. Artinya tidak serta merta sejarah sebagai ilmu dijadikan sejarah pendidikan. Materinya disesuaikan dengan kebutuhan untuk pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa misalnya seperti sikap nasionalisme dan lain sebagainya.
9. Integrasi nilai pendidikan karakter ke dalam kurikulum SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA
Integrase nilai pendidikan karakter artinya memperkaya materi pendidikan sejarah dengan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. Mulai dari integrasi nilai-niai karakter di silabus, RPP, hingga pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP, terakhir melakukan penilaian hasil belajar.
10. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus berorientasi pada keterampilan belajar aktif. Dengan belajar aktif anak didik mampu mengembangkan keterampilannya. Pendidikan seperti ini yang diharapkan oleh penulis. Anak didik mampu mengembangkan pengetahuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
11. Nilai hasil belajar sejarah
Hal yang menjadi penilaian dalam pembelajaran sejarah baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap perlu dikembangkan secara eksplisit. Jadi yang proses belajar dikatakan berhasil jika terjadi perubahan menjadi lebih baik dari segala aspek anak didik. Perubahan secara multidimensi mengenai perkembangan anak didik.
Dalam sub pokok bahasan di atas penulis menjelaskan dengan sangat rinci mengenai konsep pendidikan karakter. Pembahasan yang dilakukan oleh penulis mudah dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca. Mulai dari pengertian, tujuan, hingga implementasi pendidikan karakter melaui pemebelajaran sejarah. Penulis menguraikan konsep tersebut dengan sangat baik. Secara teori jurnal yang ditulis oleh S. Hamid Hasan sangat membantu pembelajaran pendidikan karakter melaui pendidikan sejarah.
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhari penulis; 1) Penulisan, ditemui beberapa penulisan kata yang keliru. 2) paragraf terlalu panjang sehingga untuk memahami kalimat inti perlu ketelitian yang ekstra. 3) pembahasan sub bab ada yang mengulang pembahasan sebelumnya. Mungkin akan lebih baik jika pembahasan tidak mengulang. Karena akan memberikan rasa bosan pada pembaca jika membaca berulang.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar