Disusun Oleh: Paulinus Yanto S.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi[1] Amerika adalah pergolakan politik selama paruh terakhir abad ke-13. Saat itu koloni di Amerika Utara bergabung bersama untuk membebaskan diri dari kerajaan Inggris dan menggabungkan diri menjadi Amerika Serikat. Ketigabelas koloni[2] itu menolak otoritas parlemen Inggris untuk memerintah mereka dari luar negeri tanpa perwakilan, dan kemudian mengusir semua pejabat kerajaan Inggris. Inggris menanggapi sikap tersebut dengan mengirimkan pasukan tempur. Maka terjadilah konflik bersenjata melawan Inggris yang dikenal sebagai perang revolusi Amerika atau perang kemerdekaan Amerika yang dimulai pada April 1775[3]. Pada pertengahan Juni 1776, sebuah komite yang diantaranya adalah Thomas Jefferson, John Adams dan Benjamin Franklin ditugasi menyusun pernyataan resmi dari 13 koloni. Kongres secara resmi mengadopsi Deklarasi Kemerdekaan, yang sebagian besar ditulis oleh Jefferson, di Philadelphia pada 4 Juli 1776, tanggal itu kemudian diperingati sebagai hari kemerdekaan Amerika Serikat.
Jadi, revolusi Amerika merupakan suatu kemenangan perang antara para kolonis (ketiga belas koloni) terhadap pemerintahan Inggris. Revolusi ini menjadi ciri dari permulaan suatu zaman revolusi-revolusi dunia, tetapi revolusi ini berbeda dengan revolusi lainnya, seperti revolusi Prancis, revolusi Rusia dan revolusi Tiongkok. Revolusi Amerika lebih cenderung sebagai revolusi politik daripada penumbangan suatu tatanan sosial[4]. Persoalan tentang ekonomi dan sosial yang luas hakikatnya adalah tambahan faktor yang menjadi penyebab dari perjuangan kemerdekaan politik dan menegakkan nasionalisme Amerika. Revolusi Amerika bukan suatu pemberontakan kaum Proletariat, namun revolusi ini dipimpin oleh kaum ningrat Whig yang mencari kebebasan dari tekanan-tekanan politik dan ekonomis yang dipaksakan oleh pemerintah kerajaan Inggris. Cita-cita Amerika tentang kemerdekaan, hak-hak kemanusiaan, persaman dan pemerintahan atas persetujuan bersama berakar dalam tradisi revolusioner.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Revolusi Amerika?
2. Bagaimana jalannya Revolusi Amerika?
3. Bagaimana Amerika pasca revolusi?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Revolusi Amerika
2. Menjelaskan bagimana jalannya Revolusi Amerika
3. Menjelaskan bagaimana Amerika pasca revolusi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab Revolusi Amerika
1. Perang Tujuh Tahun Inggris dan Perancis (1756-1763)
Posisi daerah jajahan Inggris di Amerika Utara kurang menguntungkan karena daerah jajahan Inggris yang berada di sepanjang pantai timur Samudra Atlantik terjepit oleh daerah jajahan Perancis dan Spanyol. Jika Inggris menginginkan perluasan koloni kearah utara, maka terhadang oleh koloni Prancis yang menguasai Kanada. Demikian juga jika Inggris menginginkan perluasan koloni kearah selatan, maka terhadang oleh Spanyol yang menguasai daerah koloni di daerah Florida dan New Meksiko. Sementara itu, jika Inggris menginginkan perluasan kearah barat, maka terhadang oleh Prancis yang telah menguasai daerah Lousianan, lembah Ohio dan daerah Quebec.
Akhirnya Inggris meluaskan koloninya kearah barat dengan menyeberangi pegunungan Rocky dan harus menghadapi Prancis. Alasan lain Inggris melakukan ekspansi ke daerah ini karena sebelah barat tersedia hamparan tanah yang luas dan memiliki kekayaan alam berupa tambang, sumber mineral dan berbagai hasil hutan yang melimpah. Maka terjadilah perang yang memperebutkan daerah jajahan dengan Prancis yang dikenal dengan perang tujuh tahun[5]. Kemenangan Inggris dalam perang tujuh tahun tersebut menyebabkan wilayah jajahannya semakin luas dan menimbulkan masalah baru, seperti ; persoalan menjaga daerah-daerah perbatasan, mengelola daerah jajahan, mengahadapi pemberontakan orang-orang Indian, misal pemberontakan Ottawa 1763.
Kemenangan Inggris dalam perang tujuh tahun itu juga menyebabkan utang Inggris menjadi lebih besar jumlahnya yaitu 130.000.000 poundsterling dengan bunga setiap tahunnya sebesar 4.000.000 poundsterling. Untuk menutupi hutang tersebut, Inggris menerapkan berbagai pajak yang dibebankan kepada koloni di Amerika. Sehingga menimbulkan kemarahan kaum koloni dan menjadi salah satu pemicu dari revolusi Amerika.
2. Menentang Sistem Pajak Inggris
Untuk mengatasi masalah krisis yang diakibatkan oleh perang tujuh tahun, Inggris berusaha menggunakan daerah koloni sebagai sumber keuangan. Pada tahun 1764 dikeluarkan Undang-undang Gula (Sugar Act) yang mengatur masalah perdagangan gula di daerah koloni yang dalam beberapa aspek memberi batasan kepada perdagangan kaum koloni di daerahnya. Melalui undang-undang itu Inggris akan memperoleh masukan dari pajak dan bea cukai perdagangan gula. Pada tahun yang sama parlemen Inggris juga mengesahkan undang-undang keuangan (currency act) yang melarang daerah koloni mencetak uang sendiri.
Kedua undang-undang tersebut menimbulkan kemarahan kaum kolonis terutama para pedagang. Mereka meminta agar parlemen Inggris menarik kembali undang-undang tersebut. Penduduk New York dan Boston memboikot untuk tidak membeli semua barang buatan Inggris sebelum parlemen mencabut putusannya. Menghadapi tuntutan itu, pemerintah dan parlemn Inggris menjawabnya dengan dikeluarkannya undang-undang lain seperti Stamp Act (undang-undang Prangko) dan Quartering Act tahun 1765. Stamp act digunakan untuk memperoleh pajak dari setiap dokumen dan surat penting yang digunakan dalam kegiatan perdagangan. Sedangkan Quartering act memaksa kaum kolonis untuk menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan makanan bagi tentara Inggris yang ditempatkan di daerah-daearah koloni. Diberlakukannya stamp act dan quatering act yang lebih banyak berkaitan dengan kepentingan kelompok intelektual seperti wartawan dan ahli hukum menyebabkan perlawanan terhadap kedua undang-undang tersebut semakin keras. Kaum kolonis menentang konsep parlemen Inggris yang merasa mewakili kaum kolonis Amerika.
Kaum Intelektual melakukan aksi perlawanan dengan perang pamflet[6] ideologis yang akan mempercepat pecahnya revolusi Amerika. Mereka keberatan soal pajak-pajak baru yang dikenakan kepada kolonis dan menganggap bahwa pungutan berbagai pajak yang dilakukan oleh pemerintah induk, tidak dapat dibenarkan karena pemungutan pajak tersebut tanpa melalui perwakilan (no tax without representative). Semestinya pemungutan pajak oleh negeri induk terhadap kolonis di Amerika harus dimintai persetujuan kepada wakil rakyat di daerah koloni. Para tokoh intelektual di daerah koloni seperti Benjamin Franklin dari Pennsylvania, John Adam dari koloni di Massachusetts, Thomas Jefferson dari koloni Virginia yang semuanya sepakat bahwa no tax without representative.
3. Peristiwa Boston Tea Party
Insiden kapal teh di Boston pada 1774 juga menjadi salah satu pemicu pecahnya perang kemerdekaan Amerika. Pada 1774 berlabuh tiga buah kapal Inggris yang memuat teh untuk para kolonis di Amerika. Para kolonis ini diwajibkan pemerintah induk untuk membelinya dan mereka tidak diperkenankan membeli teh dari Negara lain. Para kolonis ini tidak bersedia menerimanya dan dianggap sebagai bentuk pemaksaan. Pada malam harinya, orang-orang Amerika menyamar sebagai orang-orang Indian dan menaiki kapal tersebut kemudian melempar teh-teh tersebut ke laut[7].
Aksi kekerasan ini menimbulkan kemarahan raja George, sehingga ia mengambil keputusan menghukum Massachusets dan khususnya Boston. Raja memerintah untuk menutup Boston berdagang melalui pelabuhan sampai teh itu di bayar kembali. Semua aktivitas dalam koloni Massachusets dan Boston seperti rapat dalam kota harus di bawah pengawasan gubernur. Massachusets pada hakekatnya menjadi daerah pendudukan militer Inggris dengan komandannya jenderal Gage.
Sikap tidak puas kaum kolonis terhadap kebijaksaan Inggris antara lain ditunjukkan oleh James Otis yang berbicara mengatasnamakan pedagang Boston tahun 1761. Othis menentang kesewenang-wenangan dan otoritas parlemen Inggris mengenai beberapa aspek kehidupan kaum kolonis termasuk di bidang perdagangan. Demikian juga pada tahun 1763, Patrick Henry menentang hak-hak privy Council mengenai masalah hukum di Virginia. Walaupun kedua tokoh tersebut tidak mewakili aspirasi orang-orang Amerika secara keseluruhan, sikap yang mereka tunjukkan merupakan bentuk perlawanan kaum kolonis terhadap sistem imperium Inggris.
Para koloni lain membantu Massachusets dengan mengirimkan pernyataan simpati berupa bahan makanan. Dewan perwakilan Virginia mengusulkan suatu rapat di Philadelpia dari wakil-wakil semua koloni. Pertemuan ini ialah kongres kontinental yang pertama diadakan di bulan september 1774 yang di hadiri pemimpin terkemuka seperti James Otis, Samuel Adams, George Washington dan Patrick Henry, Jhon Rutledge dan Christopher Gadsen.
B. Persiapan Menuju Kemerdekaan Amerika
Pada tanggal 19 april 1775 jenderal Thomas Gage yang ditunjuk sebagai gubernur militer di Massachusets ditugaskan Inggris untuk melucuti senjata yang telah dimiliki oleh kaum kolonis bersenjata, terutama di Concord. Kaum kolonis Massachusets segera mengadakan perlawanan dan terjadilah pertempuran di Lexington Green. Kaum kolonis Massachusets akhirnya berhasil memaksa pasukan Inggris menarik diri ke Boston. Berita mengenai pertempuran yang memakan konban sekitar 273 di pihak Inggris dan sepertiganya di kaum kolonis. Berita ini segera menyebar ke seluruh daerah koloni dan menjadi berita yang menarik perhatian kaum koloni.
Ditengah-tengah ketegangan antara Inggris dan kaum kolonis, kongres kontinetantal kedua diselenggarakan tanggal 10 Mei di Philadelphia bersamaan dengan pernyataan perang terhadap Inggris, sedangkan wakil-wakil mengajukan permintaan kepada raja George untuk mengusahakan perdamaian kembali[8]. Akan tetapi untuk siap dengan segala kemungkinan mereka menyusun rencana untuk membentuk tentara dan Washington sebagai panglimanya.
Sebelum pasukan Washington tiba telah terjadi pertempuran antara pasukan Inggris dengan pasukan Amerika di Bunker Hill dan Breed’s Hill. Walaupun berhasil menguasai daerah tempur, pasukan Inggris memakan korban jiwa yang cukup banyak. Jenderal William Howe segera mengganti Gege di Boston. Howe menarik pasukannya ke Nova Scotia pada bulan maret 1776. Satu pasukan Amerika berhasil menduduki Montreal dan satu lagi gagal merebut Quebec. Sementara di selatan, pasukan Karolina mengusir invasi Inggris di Charleston pada bulan Juni 1776.
Konflik militer terbuka antara pasukan Inggris dengan pasukan Amerika telah mengurangi kemungkinan diadakannya kompromi antara kedua belah pihak. Namun demikian, masih ada sebagian orang Amerika termasuk delegasi yang hadir dalam kongres enggan untuk memutuskan hubungan terhadap imperium Inggris dan mengkhawatirkan timbulnya akibat buruk dari kemerdekaan. Demikian juga kaum konservatif memandang gerakan kemerdekaan akan menimbulkan kekerasan sipil di perkotaan. Namun demikian, beberapa kejadian selama musim dingin antara tahun 1775-1776 menjadikan kemerdekaan sebagai suatu yang logis dan harus dilaksanakan.
C. Perang Kemerdekaan Amerika (1774- 1776)
Perang kemerdekaan ini ditujukan untuk menentang kekerasan Inggris pada kaum kolonis. Pertempuran semula terjadi di Lexington dan kemudian berlanjut ke daerah Boston. Kedudukan Inggris semakin terdesak menghadapi pejuang-pejuang kolonis Amerika. Akhirnya Inggris terpaksa meminta bantuan kepada koloninya di Kanada yang pada akhirnya memberontak dan semakin melemahkan kedudukan Inggris yang juga sedang berperang dengan Spanyol di Eropa.
Pioner yang menggerakkan usaha peperangan Amerika adalah Samuel Adams dan Patrick Henry. Mereka mengharapkan suatu negeri Amerika yang merdeka dan bebas untuk menetukan nasibnya sendiri. Salah seorang revolusioner Inggris yang bernama Thoma Paine yang bermigrasi ke Philadelphia muncul sebagai pejuang yang bersemangat untuk kemerdekaan sepenuhnya dari Inggris. Paine sangat benci dengan monarki. Ia juga menegaskan kepada rakyat Amerika, Inggris untuk Eropa dan Amerika untuk Amerika sendiri. Inilah yang menimbulkan semangat rakyat unuk bertindak. Sehingga perasaan cinta tanah air dimanapun meluap dengan melenyapkan harapan akan perdamaian.
Tulisan Paine yang berjudul Common Sense atau Akal Sehat. Tulisan ini bukan hanya menyerang system kerajaan dan raja Inggris akan tetapi gagasan tentang hakekat kerajaan itu sendiri yang dianggapnya tidak cocok bagi orang-orang Amerika. Dia meminta orang-orang Amerika untuk berpikir lebih rasional dan menentang bentuk kerajaan Inggris dan mendirikan bentuk pemerintahan berbentuk Republik dan diperintah oleh orang-orang Amerika sendiri. Oleh karena itu perlu diadakan pernyataan kemerdekaan. Kongres pada musim semi segera menjawabnya dengan cara membuka pelabuhan-pelabuhan Amerika bagi kapal-kapal asing, dan pada bulan mei 1776 kongres juga merekomendasikan setiap pemerintahan provinsi untuk membentuk undang-undang dasar (konstitusi) negara bagian.
Dalam bulan Juni Benjamin Franklin, Thomas Jefferson, dan John Adams menyusun suatu pernyataan kemerdekaan. Jefferson membuat naskah yang pertama. Kemudian mengalami perobahan dan akhirnya disahkan pada tanggal 4 Juli 1776. Pada 4 Juli 1776 diadakan Declaration of Independence[9] yang selain ditetapkan sebagai hari kemerdekaan AS (Independence Day) pada waktu itu disetujui adanya Articles of Convederate[10] sehingga terbentuklah USA (United States of Amerika)[11]. Dalam menghadapi Inggris, Amerika Serikat dibantu oleh Perancis di bawah pimpinan Jenderal Marquis De Lafayyete dan juga oleh Spanyol. Sementara Inggris dipimpin oleh Jenderal Cornwalls bersama 7000 orang tentaranya menyerahkan diri kepada Washington dan Lafayyete di kota Yorktown (1783). Sehingga pada perjanjian Paris, Inggris dipaksa untuk menandatangani perjanjian tersebut dengan tujuan agar kemerdekaan AS dapat diakui secara sah oleh negara-negara di dunia (1783). Setelah memutuskan perhubungan dengan Inggris dan mendirikan Amerika Serikat, maka negara baru itu menghadapi suatu perjuangan yang amat berat untuk mepertahankan diri dan menjadi Negara merdeka.
D. Pasca Kemerdekaan
Kongres konsinental IV yang diselengggarakan pada 1777 dengan dihadiri oleh ke-13 negara bagian (koloni) telah menghasilkan sebuah keputusan dan menyetujui sebuah Negara konfederasi dengan membentuk United States of America (USA). Setelah itu para delegasi yang hadir sepakat untuk mencari dukungan terhadap Negara yang baru diproklamasikan dalam bentuk USA, misal para delegasi menyetujui Benjamin Franklin sebagai duta Negara Amerika untuk berkunjung ke Prancis guna meminta dukungan terhadap Negara yang baru di proklamirkan. Selanjutnya raja Louis XVI, segera mengakui Negara baru Amerika, dan menjadi Negara yang pertama mengakui kedaulatan Amerika.
Pada 1783 pemerintah kerajaan Inggris akhirnya mengakui kemerdekaan Amerika Serikat yang meliputi 13 daerah koloni. Dengan selesainya masa revolusi bersenjata tahun 1776-1783 maka Negara baru Amerika mulai menyusun konstitusi dan pemerintahan nasional Amerika yang merdeka dan berdaulat.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Revolusi Amerika merupakan sebuah perang kemerdekaan Amerika untuk melepaskan diri dari Inggris. Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya revolusi :
a. Perang Tujuh Tahun Inggris dan Prancis, yang menyebabkan rakyat Amerika dibebankan berbagai pajak.
b. Pemungutan pajak yang tinngi. Pelaksanaannya ditentang oleh Samuel Adam. Semboyannya:"No tax without representation" (tak akan ada pajak tanpa ada perwakilan di parlemen.
c. Peristiwa "Boston Tea Party". Pembongkaran teh yang ada pada kapal milik Inggris di Pelabuhan Boston yang dilakukan kaum koloni dengan menyamar sebagai Indian.
2. Persiapan para kolonis menuju kemerdekaan Amerika dengan menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut :
a. Kongres konstinental I pada 5 september 1774 dihadiri 56 delegasi dari 12 koloni. Hasil kongres memutuskan seluruh koloni untuk menghentikan impor Inggris.
b. Kongres Konstinental ke-2 pada 10 mei 1775 yang dihadiri 12 koloni memutuskan pengerahan lascar misilisebagai angkatan bersenjata koloni yang diketuai John Hancock. Selain itu kongres juga memilih George Washington sebagai panglima Perang kemerdekaan America
c. Kongres Konstinental ke-3 pada 4 Juli 1776. Ke-13 koloni yang hadir diwakili Thomas Jefferson mendeklarasikan kemerdekaan Amerika 4 Juli 1776.
d. Kongres Konstinental ke-4 pada tahun 1777, dengan dihadiri 13 negara bagian menyetujui rencana konfederasi dan terbentuklah United States of America.
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Wood. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri A.S
H.G.Wells. 1922. Sejarah Dunia Singkat (Terj). Yogyakarta: Indoliterasi
Hewes,George. Boston Tea Party: Eye witnee Account of George Hewes.
History Timeline. 2006. American Revolution Timeline.
IG. Krisnadi. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta: Ombak
Morris. B. Richard. 1960. Revolusi Amerika. Jakarta: PT Pustaka Rakjat
Retno Sasongkowati. 2013. Ensiklopedia Sejarah Dunia Termutakhir. Yogyakarta: Lamafa Publika.
Sundoro Hadi Mohammad. 2012. Sejarah Amerika Serikat Sejak Periode Kolonial Sampai Masa Rokonstruksi 1607 – 1877. Jember: Jember University Press
Supriatna, Nana. 2008. Kapita Selekta Sejarah Amerika. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
[1] Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Dalam definisi yang lebih sempit, umumnya revolusi dimaknai sebagai perubahan politik. Lihat, Retno sasongkowati. 2013. hal : 156
[2] Inggris di benua Amerika bagian Utara memiliki 13 koloni yang berada di sepanjang pantai timur samudra Atlantik. Ke-13 koloni tersebut adalah ; Virginia (1607), New Hamshire (1629), Massachusetts (1629), Maryland (1632), Delaware (1632), Connecticut (1662), Rhode Island (1663), New York (1664), New Jersey (1664), Pennsylpania (1681), Carolina Utara (1729), Georgia (1732). Lihat, IG. Krisnadi. 2012. Hal : 69
[3] Retno sasongkowati. Ibid.
[4] IG. Krisnadi. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta : Ombak. Hal ; 9
[5] Ibid. hal : 103
[6] Pada 1704 telah terbit surat kabar Boston dan sejak saat itu bermunculan surat kabar-surat kabar yang tidak terbatas di New England, juga di derah-daerah lainnya. Di New York, kebebasan pers mendapat perhatian serius masyarakatnyan seperti dalam kasus Peter Zenger dengan surat kabar New York Weeklly jurnal yang mulai terbit pada 1733. Ini membuktikan jauh sebelum revolusi, tulisan dalam surat kabar sudah muncul didaerah koloni dan sangat berpengaruh terhadap pemikiran mereka. Lihat, IG. Krisnadi. 2012. Hal 88.
[7] UPI.repositoy. “Krisis Imperium Inggris (1763-1776) Dan Perang Kemerdekaan Amerika (1776-1783)”. Di unduh pada 25 oktober 2017. http//www. BAB_IV.Bangsa_Amerika(3).pdf.
[8] IG. Krisnadi. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta : Ombak. Hal :113
[9] Declaration of Independence adalah suatu kata dari Kongres Kontinental Kedua yang diadopsi pada 4 Juli 1776 yang menyatakan bahwa Tiga Belas Koloni merdeka dari Britania Raya. Deklarasi ini, yang sebagian besar ditulis oleh Thomas Jefferson, menjelaskan pembenaran atau justifikasi untuk melepaskan diri, dan menyatakan kemerdekaan AS.
[10] Artikel konfederasi adalah suatu persetujuan formal yang telah mempersatukan secara longgar koloni-koloni sejak 1781,artikel ini merupakan ikatan yang sangat longgar karena masing-masing Negara bagian tetap memegang kedaulatannya, sedangkan pemerintaha pusat (federal) lemah karena pemerintah federal tidak berhak memungut pajak, mengerahkan tentara, atau mengadakan undang-undang yang bersifat mengikat bagi masing-masing Negara bagian, kecuali dengan persetujuan. Lihat, IG. Krisnadi. 2012. Hal 128
Tidak ada komentar:
Posting Komentar